Saturday 9 December 2017

Arti Negara Menurut Cendekiawan

Arti Negara Menurut Cendekiawan

Negara berasal dari kata state (bhs Inggris) atau status (bhs latin), artinya kedudukan, kehormatan, kekayaan, dan kekuasaan yang dimiliki seorang raja atau pangeran. Kata status juga bermakna asas pembentukan kekuasaan politik.

Plato mengartikan negara sebagai keinginan kerjasama antara manusia untuk memenuhi kepentingan mereka. Negara Plato ini mempakan organisasi yang mementingkan kebajikan umum. Negara terbaik adalah negara dengan kebajikan yang penuh. Pemerintah yang baik adalah pemerintahan yang diatur oleh hukum.

Menurut Aristoteles, negara adalah lembaga politik yang berdaulat, yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan seluruh warga negara. Dengan sejahtera, diharapkan warga negara akan bahagia.

Santo Agustinus, membagi negara dalam dua bentuk, yaitu negara Tuhan (the City of God) dan negara iblis (the City of Man). Negara Tuhan mementingkan kejujuran, keadilan, keluhuran budi, dan kesejahteraan; sedangkan negara iblis diliputi oleh nafsu pengkhianatan, kemaksiatan, kejahatan, dan kebobrokan. Unsur utama negara Tuhan adalah keadilan dan perdamaian.

Thomas Hobbes 'memandang negara sebagai leviathan, yakni sejenis monster, yang ganas, menakutkan, dan bengis. Negara kekuasaan menurut Hobbes, menimbulkan rasa takut bagi siapa pun yang melanggar negara. Oleh karenanya, negara leviathan hams kuat, sebab jika ia lemah. akan mudah timbul anarki, perang sipil, dan terbelahnya kekuasaan negara. Kekuasaan negara hams mutlak. Negara semacam ini diperlukan karena dalam keadaan alamiah, manusia sejatinya bagaikan serigala bagi manusia lainnya.

Menurut John Locke, akal manusia membuatnya berperilaku bernalar dan tidak merugikan manusia lainnya. Akal budi ini merupakan hukum alam yang memiliki sifat-sifat ketuhanan atau suara Tuhan (voice of God). Itulah sebabnya, negara bukan organisasi dengan kekuasaan mutlak sebagaimana dipahami Hobbes, melainkan sebuah organisasi kekuasaan yang dilahirkan dari perjanjian masyarakat, yang menjamin kebebasan dan HAM.

Negara dalam pandangan JJ. Rousseau adalah sebuah produk perjanjian sosial, dimana para individu menyerahkan sebagian hak, kebebasan, dan kekuasaan yang dimilikinya kepada suatu kekuasaan bersama.

Penyerahan hak-hak tersebut, tidak berarti individu kehilangan kebebasannya, tetapi negara berdaulat yang diserahi kewenangan tersebut, berfungsi untuk mengatur, mengayomi, serta menjaga keamanan dan harta benda para individu atau masyarakat.


Bersambung...

Bangsa dan Sejarah Terbentuknya

Bangsa dan Sejarah Terbentuknya

Dalam KBBI ,bangsa diartikan sebagai (1) kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarah, serta berpemerintahan sendiri, (2) golongan manusia, binatang, atau tumbuhan yang mempunyai asal usul dan sifat khas yang sama, (3) kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan kebudayaan dalam arti umum dan menempati wilayah tertentu di muka bumi.

Menurut Sargent, bangsa berasal dari kata nation, yang berarti sekumpulan manusia dengan sejarah dan budaya bersama yang menghasilkan sebuah identitas.

Ernest Renan berpendapat bahwa bangsa adalah satu jiwa yang melekat pada sekelompok manusia yang merasa dirinya bersatu karena mempunyai nasib dan penderitaan yang sama pada masa lampau dan mempunyai cita-cita yang sama tentang masa depan. Prinsip spiritual dari bangsa adalah terletak pada masa lampau (punya memori yang sama) dan masa kini (ada kehendak untuk hidup bersama). Bangsa punya solidaritas, yakni adanya pengorbanan yang diberikan pada masa lalu dan bersedia berkorban pada masa yang akan datang.

Rothenbucher mengartikan bangsa sebagai segolongan manusia yang mempunyai perasaan, termasuk dalam golongan yang sama (gefuhlgemeinshaft).

Kranenburg memaknai bangsa sebagai setiap individu anggota masyarakat pada umumnya yang sadar berkeinginan untuk mengorganisasi secara merdeka. Sadar dalam hai ini adalah sadar akan perasaan seia-sekata dan sadar akan keberadaannya untuk hidup bersama dengan golongan lain dalam satu organisasi atau negara. Kesadaran ini diikat oleh faktor ideal, yaitu persamaan
nasib dan cita-cita bersama.

Abbe Sieyyes membatasi bangsa sebagai sebuah komunitas
munitas, unit sosial, dan ekonomi. Bangsa adalah sebuah kesatuan yang tiap anggota-anggotanya memiliki kehendak dan tujuan bersama.

Ben Anderson memahami bangsa sebagai. komunitas politik yang dibayangkan dalam wilayah yang jelas batasnya dan berdaulat.

Crosby memandang bahwa bangsa adalah komunitas dari tanah kelahirannya Bangsa ditentukan oleh fakta biologis kelahiran yang berkembang ke dalam sejarah, dan struktur teritorial dari komunitas kebudayaan

Ismatullah dan Gatara mengartikan bangsa sebagai sekelompok manusia yang (l) dipersatukan secara ideal, yaitu persamaan sejarah, penderitaan bersama dan persamaan cita~cita; (2) Oleh hal hal yang bersifat psikis, yaitu perasaan bersama, kesadaran bersama, dan kehendak bersama, serta (3) oleh hal-hal yang bersifat fisikal, yaitu persamaan ras, etnik, agama, bahasa, dan adat istiadat.

Menurut Anthon D. Smith, bangsa terbentuk karena faktor objektif dan subjektif. Faktor objektif, mcliputi bahasa, agama, dan adat istiadat. Bangsa dalam arti objektif, menurut Stalin, bangsa terbentuk secara historis, merupakan komunitasrakyat stabil yang terbentuk dengan dasar persamaan bahasa, wilayah, kehidupan ekonomi, serta perasaan ideologis yang terwujud dalam budaya yang sama. Bangsa dalam arti subjektif, Sedangkan menurut Anderson, adalah suatu komunitas politik yang dibayangkan.

Terdapat dua model tentang terbentuknya bangsa-negara:

1. Model ortodoks, yang bermula dari adanya bangsa terlebih dahulu, selanjutnya bangsa tersebut membentuk satu negara tersendiri. Setelah bangsa negara terbentuk, kemudian satu rezim politik (konstitusional) dirumuskan dan ditetapkan sesuai dengan pilihan rezim politik tersebut. Dari hal itu, selanjutnya dirumuskan bentuk partisipasi politik warga masyarakat dalam kehidupan bangsa-negara.

2. Model mutakhir, berawal dari adanya negara dahulu, yang terbentuk melalui proses tersendiri, sedangkan penduduknya merupakan kumpulan sejumlah suku bangsa dan ras. Pada perkembangan selanjutnya, muncul kesadaran politik di kalangan satu atau beberapa suku bangsa untuk berpanisipasi dalam proses politik, yang akan membawa mereka pada pertanyaan tentang pilihan rezim politik.

Bangsa dalam hal ini akan terbentuk, apabila masalah masalah bentuk partisipasi dan rezim politik disepakati jawabannya.

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukan identitas bersama, yaitu

1. Primordial, seperti kesamaan suku bangsa, daerah, bahasa, kekerabatan (keluarga), dan adat istiadat.

2. Sakral, yaitu kesamaan agama dan ideologi doktriner.

3. Tokoh, yakni kepemimpinan tokoh yang disegani dan dihormati secara luas.

4. Sejarah, yaitu persepsi tentang asal usul (nenek moyang) dan pengalaman masa lalu, seperti penderitaan karena kolonialisme.

5. Bhinneka Tunggal Ika, yakni konsep bersatu dalam perbedaan, dalam arti kesetiaan kepada negara atau pemerintah dipandang rnendatangkan kehidupan yang man'usiawi dan sejahtera, tanpa menghilangkan identitas kesukuan, ras, agama, dan adat istiadat.

6. Perkembangan ekonomi, melahirkan spesialisasi pekerjaan dan spesialisasi ini membawa dampak pada semakin bermutunya variasi kebutuhan masyarakat. Masyarakat demikian akan saling tergantung satu sama lain, yang pada gilirannya melahirkan solidaritas dan persatuan dalam masyarakat.

7. Kelembagaan, berupa birokra'si, angkatan bersenjata dan partai politik Angkatan bersenjata misalnya, karena rekrutmen dan penempatannya di seluruh wilayah negara, dapat mengembangkan identitas nasional.

8. Ideologi Nasional, mempakan seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama Ideologi memiliki dua fungsi pokok, yaitu:

a. menjadi tujuan dan cita cita yang hendak dicapai bersama oleh suatu masyarakat. Dalam hal ini, ideologi menjadi pcdoman dalam membuat keputusan politik dan sebagai alat ukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan keputusan politik.

b. Sebagai pemersatu masyarakat, karenanya menjadi prosedur penyelesaian konflik yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian, ideologi memberi identitas tertentu kepada masyarakat.